Places of Interest | Kemana arah wisata di Batu? Kota Batu yang telah memplokamirkan menjadi destinasi wisata punya tugas berat khususnya di dalam penataan lingkungan hidupnya. Kota yang awal urat nadi perekonomian warganya lebih mengandalkan dari sektor agribisnis, kini tak lagi berharap banyak. Petani yang ada tak lagi mengandalkan Pasar Besar Batu sebagai ujung tombak memasarkan hasil pertaniannya. Mereka lebih suka menjual hasil pertanian ke pusat-pusat pasar sayur di luar kota Batu, seperti pasar Karangploso, bahkan ada yang langsung ke Mojokerto dan Surabaya. Akibatnya sektor perdagangan sayur-mayur di Pasar Besar Batu menjadi suram, tidak lagi menciptakan geliat sebagaimana di masa kejayaan sayur-mayur yang dihasilkan para petani Batu. Perkembangan wisata memicu investasi. Lalu banyak lahan beralih fungsi. Roda ekonomi seakan berbasis wisata. Kian maraknya pembangunan penginapan, rumah makan, areal destinasi wisata dengan aneka konsep seperti yang dominan ada di kota besar seperti aneka museum diorama, pusat-pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Wisata alam orisinal seakan terwakili destinasi wisata modern dengan konten mengadopsi daya tariknya tentang ragam isinya dari serangga hingga satwa langka, dari ragam vegetasi ke penyuguhan pengetahuan. Bagus saja. Hanya jangan sampai memelihara ekosistim alam murni lantas terabaikan. Jangan sampai bantaran kali lantas dipenuhi bangunan mengeksplorasi alam sebagai suguhan yang 'dijual'. Bangunan bertingkat mulai memenuhi tepian jalan-jalan utama yang kian rapat, seperti tidak ada celah kosong bisa leluasa melihat view Batu. Contoh soal kawasan Payung. Kini semakin sulit berada di sisi tebing dan leluasa melihat dalamnya jurang, mengamati desa yang berada di bawahnya yang kini juga terlihat berupa hamparan merata atap bangunan, seperti tidak ada lagi ruang atau lahan kosong yang berisi pepohonan. Begitu pula bila melihat ke arah timur, memandang ke arah kota Batu juga merasa kesulitan, sebab tepian tebing yang strategis telah dipenuhi bangunan warung. Agar bisa leluasa melihat, view Batu terpaksa harus masuk ke salah satu warung, setidaknya memesan segelas teh panas, memilih tempat duduk lalu melihat pemandangan lembah Songgoriti dan kota Batu. Jangan berharap bisa jumpa satwa liar. Burung kian jarang. Yang ada bertahan dari ancaman pemburu liar yang hobi senapan angin, menjadikan burung liar sebagai sasaran iseng. Burung yang masih bertahan bersarang di curah-curah sungai kian terancam keberadaannya dan semakin sulit ditemui. Tapi kalau ingin bertemu satwa liar seperti monyet. Pergi ke Puncak Panderman, kalau beruntung bisa menjumpainya, atau pergi ke Coban Tengah yang lokasinya berjarak sekitar 250 m dari posisi di atas Coban Rondo, masihg ada sekelompok lutung hitam, atau ke Coban Rais dengan kera bulu merahnya. Satwa-satwa ini semakin terpinggirkan, hanya soal waktu habitat mereka akan sirna, mengingat gencarnya perambah hutan yang berdalih bercocok tanam tumpangsari yang tanpa sadar berandil terhadap penyusutan areal kawasan hutan. Karena itu konsep membuat kawasan-kawasan hutan lindung tidak bisa diabaikan begitu saja. Harus ada upaya keras demi melindungi lahan-lahan perhutani yang rentan menjadi lahan-lahan pertanian lalu berubah menjadi pemukiman. Kini nyaris tak ada penggiat lingkungan yang benar-benar berada pada relnya memperjuangkan kelestarian hutan dan keanekaragaman hayatinya. Nyaris tidak ada lagi penjaga lingkungan berupaya mewujudkan wisata berwawasan environment, tak cuma berbasis hiburan dan kesenangan semata. Wisatawan jauh-jauh datang untuk mendaki puncak gunung tentu bermaksud tak hanya mencuci mata, mencuci rongga paru-paru, namun juga me-refresh pikiran dan hati hingga menjadi segar kembali. Sebagai kota tujuan wisata tentu tidak diharap tumbuh menjadi kota yang lost kontrol menjadi kawasan yang menghasilkan berton limbah akibat perkembangan wisata yang rentan menciptakan masalah berkepanjangan dimana pada intinya hanya menimbulkan ketidaknyamanan bagi pelancong sendiri. Diperlukan keseimbangan dalam menciptakan lingkungan sehat dengan menjaga alam melalui regulasi-regulasi yang tak hanya mensejahterakan manusianya, namun mensejahterakan kehidupan liar yang menjadi bagian penting kehidupan manusia sehingga roda wisata berjalan lebih holistik agar menyehatkan jiwa dan raga. Recommended Hotels Recommended RestoTransportation |
S P O N S O R